Pages

Jumat, 10 Januari 2014

Ketika Hati (ber)bicara



Ketika Hati (ber)bicara

“Biarlah cintaku ini berawal dari perjumpaan (alpha), dan mungkin akan berakhir dalam perpisahan (omega)”.
 Itulah coretan Lili dalam buku Diarynya. Ya, coretan yang selalu menghiasi hari – hari dalam buku Diarynya.

Lili adalah seorang anak tunggal dari keluarga yang sangat sederhana. Setiap hari ia selalu membantu kedua orang tuanya bekerja mencari nafkah. Kini Lili duduk di kelas XI SMA Harapan Bangsa. Lili memang anak yang pintar,rajin, dan disiplin. Ia selalu menang dalam setiap mata pelajaran, namun ia belum menang dalam hal cinta. Lili tak pernah mampu menyatakan perasaannya pada setiap laki – laki yang ia sukai, ia tak pernah mampu membiarkan hatinya untuk berbicara. Ia hanya menyimpan bahkan memendamnya dalam – dalam perasaannya itu, karena setiap laki – laki yang ia sukai, ternyata menyukai orang lain, bahkan menyukai sahabatnya sendiri. Lili takut, ia akan mengecewakan perasaan sahabatnya itu, ia lebih mementingkan sahabatnya, daripada perasaannya sendiri.

            Suatu hari, di hari Minggu yang cerah, saat ia menjelajahi halaman Gereja, tanpa sengaja ia menemukan sebuah topi yang tergeletak di pintu pelataran Gereja. Lili mengambilnya, dan mencoba mencari pemilik topi tersebut. Lili melihat orang – orang yang ada disekelilingnya, ia mencoba menjauh dari desakan orang – orang yang hendak masuk ke dalam gereja, dan terus mencari siapa pemilik topi tersebut. Namun Lili belum dapat menemukan pemilik topi tersebut. Akhirnya, Lili memutuskan untuk mencari pemilik topi tersebut setelah beribadah di gereja. Lalu Lili memasukkan topi tersebut ke dalam tas kecilnya. Tanpa ia sadari ternyata topi itu belum masuk ke dalam tas Lili, dan terjatuh.

            Setelah selesai beribadah, Lili membuka tasnya untuk mengambil topi yang ia temukan pagi tadi. Tapi ternyata topi itu tidak ada di dalam tas Lili.
            “Lho, mana topi itu?, tadikan aku masukkan ke dalam tas, kok tidak ada?”, gumamnya.
            “Mana ya, aduh, gimana kalau topi itu hilang, lalu dicuri orang, bahkan kalau ada yang ngaku – ngaku miliknya, bisa gawat!”, ucap Lili.
Lili mulai gelisah, dan ia merasa bersalah karena kurang teliti menyimpan barang milik orang lain. Lalu, Lili mulai berjalan di halaman gereja dan mencari topi itu.
            “Aaa, itu dia topi yang kucari ternyata ada disini,!”, kata Lili sambil mengambil topi itu.
Namun tiba – tiba ada seorang laki – laki yang menghampirinya dan merebut topi itu dari tangan Lili.
            “Eh.., apa – apaan ini, sembarangan mengambil topi orang lain!”, ketus Lili.
Laki – laki itu malah tersenyum, dan tertawa.
            “Hahaha, siapa juga yang ngambil topi orang lain, topi ini milikku, jadi aku berhak mengambilnya donk!, terus kamu ngapain ngambil topi orang sembarangan!” kata laki – laki itu.
            “Eh, enak saja kamu bicara. Memang aku yang menggambilnya, tapi bukan aku yang mengambilnya. Eh maksudku, aku menemukankannya dan mau mengembalikan pada pemiliknya!” jelas Lili yang tak mau kalah.
            “Oh, begitu. Ya sudah, topi ini anggap saja kamu yang menggembalikannya padaku, bereskan!” tambah laki – laki itu.
            “Hallo!, maaf ya mas, kak, atau siapalah kamu ini. Aku memang bermaksud mengembalikannya, bukan hanya pura – pura, tapi aku gak tau siapa pemiliknya. Jadi kalau aku tau pemiliknya, pastilah aku kembalikan!”, jelas Lili.
            “Ya, sudah, sorry, dan makasih!”. ucap laki – laki itu, sambil tersenyum.
Namun, Lili tidak menjawabnya, Lili hanya diam dan merah raut mukanya karena marah pada laki – laki itu.
“Jangan marah dong, Tuhan aja pemaaf, masa kamu gak mau terima maaf dariku?, Oke, begini saja, kita mulai dari awal. Kenalkan namaku Nico, aku baru saja pindah dari Malang. Siapa namamu?”, tanya Nico, sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Hmmm, okelah..., aku maafin. Namaku Lili. Aku penduduk lama disini.” kata Lili, sambil berjabat tangan dengan Nico.
Lalu mereka tertawa bersama, karena jawaban Lili yang aneh.

“Hari baru, bulan baru pun muncul untuk menyinari bintang yang telah lama redup. Dapatkah bulan hari ini menyinari hatiku yang redup? (pertemuan pertama dengannya)”.
Itulah coretan pendek yang ia tulis dalam buku Diarynya.
“Jangan sampai aku jatuh untuk kesekian kalinya.., hmmm, lupakan – lupakan”, kata hatinya.

Hari demi hari Lili lewati dengan bercanda, tertawa, menangis, dan bercerita tentang apa saja bersama Nico. Sekarang Nico menjadi sahabat Lili. Nico banyak becerita tentang dirinya, dan perempuan yang ia sukai. Namun, Nico tidak pernah menyebutkan nama perempuan itu. Dan Lilipun semakin sakit hatinya, mendengar Nico yang menceritakan perempuan yang ia sukai. Lili hanya bisa tersenyum diluar, namun di dalam hatinya ia menangis. Lili harus bisa melewati ini semua. Semua kenangan yang ia jalani bersama Nico hanyalah sebatas sahabat, tak lebih.

Namun beberapa hari terakhir ini, Nico tidak pernah menemui Lili ditempat biasa mereka bertemu untuk bercerita. Sekarang Nico, lebih sering menemui perempuan yang ia sukai daripada sahabatnya sendiri. Lili sering sendiri duduk ditempat itu untuk menunggu Nico, jika – jika Nico datang dan mau bercanda, dan tertawa, bersama Lili. Namun sudah seminggu Lili menunggu Nico datang, Nico tak pernah datang, bahkan jika Lili bertemu dengan Nico di gereja, Nico hanya berbicara sedikit dan pulang.

“Aku bagaikan bintang yang redup, yang tak mampu bersinar terang mengungkapkan segala isi hatiku”
“Biar luka ini tak kututupi, seperti hatiku yang terluka yang tak mampu kuucapkan”
“Biarlah dia tak tahu...
 Biarlah dia tak merasakan...
 Biarlah dia tak menganggapnya...
 Biarlah dia tak pernah mengerti...
...............................................................
........... bahwa aku menyanyanginya.”
Tangannya lemah, dan lemas. Lili menuliskan coretan isi hatinya yang tak mampu ia ucapkan.

            Satu bulan kemudian, Nico datang ke tempat biasa yang dulu ia kunjungi untuk bertemu dengan Lili. Namun, Nico tidak medapatkan Lili disana, Nico sudah berusaha SMS, bahkan menelpon Lili untuk berbicara dan bercerita tentang kisah cintanya yang gagal, karena perempuan yang ia sukai hanya mempermainkan dan membohongi Nico saja, namun tak pernah ada jawaban dari Lili. Tiba – tiba Nico menemukan sebuah buku kecil merah jambu yang kotor, dan sudah terkena air hujan berhari – hari dibawah pahon cemara, dekat tempat biasa ia bertemu Lili. Saat ia mengambil dan membaca buku itu, Nico tercengang tak percaya, bahwa buku yang ia pegang ternyata milik Lili. Nico kecewa, mengapa ia baru menyadarinya bahwa Lili menyukai dirinya.

            Nico berlari menuju rumah Lili yang tak jauh dari sana. Sesampainya disana ternyata rumah Lili kosong, kata tetangganya sudah satu bulan Lili dirawat di rumah sakit. Nico menuju rumah sakit tempat Lili dirawat sambil meneteskan air mata, berharap bahwa ia dapat bertemu dengan Lili.
            Ternyata Lili tergeletak lemas tak berdaya ditempat tidur di rumah sakit. Lili menderita penyakit Leokimia stadium akhir. Lili menangis saat Nico datang menemuinya dan membawa buku Diarynya yang hilang. Nico juga sama menangis, dan meminta maaf pada Lili atas segalanya. Atas segala perasaanya, segala kesalahannya yang tidak pernah datang menemui Lili lagi. Namun Lili tersenyum bahagia bisa melihat Nico lagi disaat terakhirnya. Saat terakhir itu Lili mengumpulkan segala keberaniannya untuk berkata pada Nico dengan suara yang pelan dan lirih:
“Ni...Nico, sa.....sahabatku, te..., terima ka..kasih untuk semuanya” itulah kata terakhir yang Lili ucapkan untuk Nico.
Nico menangis sambil memegang erat tangan Lili yang menggenggam sepucuk kertas. Nico mengambilnya dan membacanya.

            Lagu untuk Nico.
Nico mungkin saat kamu membaca kertas ini, aku tak bisa bersamamu lagi. Maafkan aku yang menyalahkankamu saat kita pertama kali bertemu, maafkan aku karena aku tidak bisa menyanyikan lagu ciptaanku ini untukmu, dan maaf untuk segalanya.

Cintaku seperti Alpha dan Omega
Disaat ku tlah pergi
Meninggalkan semua kenangan
Kenangan yang berarti
Berarti dalam hidupku

Biarlah semua ini
Semua ini tentang kita
Kujalani dengan cinta
Cinta yang tlah tertinggal
Tertinggal dalam kenangan hatiku...

#Semua ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega
Cintaku ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega...

Kini kau tlah menemukan
Seorang bidadari
Bidadari yang dapat menjagamu
Menjagamu setiap saat...

# Semua ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega
Cintaku ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega...

Selamat tinggal kasih
Semoga kau bahagia
Selamat tinggal
Aku kan selalu bersamamu
Meski bukan dari dunia ini
Aku kan selalu menjagamu

# Semua ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega
Cintaku ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega...

Pertemuan pertama yang berawal dari alpha
Akan berakhir dalam perpisahan
Semua perjumpaan akan berakhir dalam omega

Itulah catatan terakhir dan lagu terindah bagi Nico. Sekarang Nico kembali membuka lembaran baru, Nico tak perlu takut untuk ditolak lagi, karena sekarang ada yang selalu menjaganya dari Surga, yaitu sahabat terbaiknya.

by. @VDW_mariposa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar