Ketika Hati
(ber)bicara
“Biarlah
cintaku ini berawal dari perjumpaan (alpha), dan mungkin akan berakhir dalam
perpisahan (omega)”.
Itulah coretan Lili dalam buku Diarynya. Ya,
coretan yang selalu menghiasi hari – hari dalam buku Diarynya.
Lili
adalah seorang anak tunggal dari keluarga yang sangat sederhana. Setiap hari ia
selalu membantu kedua orang tuanya bekerja mencari nafkah. Kini Lili duduk di
kelas XI SMA Harapan Bangsa. Lili memang anak yang pintar,rajin, dan disiplin.
Ia selalu menang dalam setiap mata pelajaran, namun ia belum menang dalam hal
cinta. Lili tak pernah mampu menyatakan perasaannya pada setiap laki – laki
yang ia sukai, ia tak pernah mampu membiarkan hatinya untuk berbicara. Ia hanya
menyimpan bahkan memendamnya dalam – dalam perasaannya itu, karena setiap laki
– laki yang ia sukai, ternyata menyukai orang lain, bahkan menyukai sahabatnya
sendiri. Lili takut, ia akan mengecewakan perasaan sahabatnya itu, ia lebih
mementingkan sahabatnya, daripada perasaannya sendiri.
Suatu hari, di hari Minggu yang
cerah, saat ia menjelajahi halaman Gereja, tanpa sengaja ia menemukan sebuah
topi yang tergeletak di pintu pelataran Gereja. Lili mengambilnya, dan mencoba
mencari pemilik topi tersebut. Lili melihat orang – orang yang ada
disekelilingnya, ia mencoba menjauh dari desakan orang – orang yang hendak
masuk ke dalam gereja, dan terus mencari siapa pemilik topi tersebut. Namun
Lili belum dapat menemukan pemilik topi tersebut. Akhirnya, Lili memutuskan
untuk mencari pemilik topi tersebut setelah beribadah di gereja. Lalu Lili
memasukkan topi tersebut ke dalam tas kecilnya. Tanpa ia sadari ternyata topi
itu belum masuk ke dalam tas Lili, dan terjatuh.
Setelah selesai beribadah, Lili
membuka tasnya untuk mengambil topi yang ia temukan pagi tadi. Tapi ternyata
topi itu tidak ada di dalam tas Lili.
“Lho, mana topi itu?, tadikan aku
masukkan ke dalam tas, kok tidak ada?”, gumamnya.
“Mana ya, aduh, gimana kalau topi
itu hilang, lalu dicuri orang, bahkan kalau ada yang ngaku – ngaku miliknya,
bisa gawat!”, ucap Lili.
Lili
mulai gelisah, dan ia merasa bersalah karena kurang teliti menyimpan barang
milik orang lain. Lalu, Lili mulai berjalan di halaman gereja dan mencari topi
itu.
“Aaa, itu dia topi yang kucari
ternyata ada disini,!”, kata Lili sambil mengambil topi itu.
Namun
tiba – tiba ada seorang laki – laki yang menghampirinya dan merebut topi itu
dari tangan Lili.
“Eh.., apa – apaan ini, sembarangan
mengambil topi orang lain!”, ketus Lili.
Laki
– laki itu malah tersenyum, dan tertawa.
“Hahaha, siapa juga yang ngambil
topi orang lain, topi ini milikku, jadi aku berhak mengambilnya donk!, terus
kamu ngapain ngambil topi orang sembarangan!” kata laki – laki itu.
“Eh, enak saja kamu bicara. Memang
aku yang menggambilnya, tapi bukan aku yang mengambilnya. Eh maksudku, aku
menemukankannya dan mau mengembalikan pada pemiliknya!” jelas Lili yang tak mau
kalah.
“Oh, begitu. Ya sudah, topi ini
anggap saja kamu yang menggembalikannya padaku, bereskan!” tambah laki – laki
itu.
“Hallo!, maaf ya mas, kak, atau
siapalah kamu ini. Aku memang bermaksud mengembalikannya, bukan hanya pura –
pura, tapi aku gak tau siapa pemiliknya. Jadi kalau aku tau pemiliknya,
pastilah aku kembalikan!”, jelas Lili.
“Ya, sudah, sorry, dan makasih!”.
ucap laki – laki itu, sambil tersenyum.
Namun,
Lili tidak menjawabnya, Lili hanya diam dan merah raut mukanya karena marah
pada laki – laki itu.
“Jangan
marah dong, Tuhan aja pemaaf, masa kamu gak mau terima maaf dariku?, Oke,
begini saja, kita mulai dari awal. Kenalkan namaku Nico, aku baru saja pindah
dari Malang. Siapa namamu?”, tanya Nico, sambil mengulurkan tangannya untuk
berjabat tangan.
“Hmmm,
okelah..., aku maafin. Namaku Lili. Aku penduduk lama disini.” kata Lili,
sambil berjabat tangan dengan Nico.
Lalu
mereka tertawa bersama, karena jawaban Lili yang aneh.
“Hari baru,
bulan baru pun muncul untuk menyinari bintang yang telah lama redup. Dapatkah
bulan hari ini menyinari hatiku yang redup? (pertemuan pertama dengannya)”.
Itulah
coretan pendek yang ia tulis dalam buku Diarynya.
“Jangan
sampai aku jatuh untuk kesekian kalinya.., hmmm, lupakan – lupakan”, kata
hatinya.
Hari
demi hari Lili lewati dengan bercanda, tertawa, menangis, dan bercerita tentang
apa saja bersama Nico. Sekarang Nico menjadi sahabat Lili. Nico banyak becerita
tentang dirinya, dan perempuan yang ia sukai. Namun, Nico tidak pernah
menyebutkan nama perempuan itu. Dan Lilipun semakin sakit hatinya, mendengar
Nico yang menceritakan perempuan yang ia sukai. Lili hanya bisa tersenyum
diluar, namun di dalam hatinya ia menangis. Lili harus bisa melewati ini semua.
Semua kenangan yang ia jalani bersama Nico hanyalah sebatas sahabat, tak lebih.
Namun
beberapa hari terakhir ini, Nico tidak pernah menemui Lili ditempat biasa
mereka bertemu untuk bercerita. Sekarang Nico, lebih sering menemui perempuan
yang ia sukai daripada sahabatnya sendiri. Lili sering sendiri duduk ditempat
itu untuk menunggu Nico, jika – jika Nico datang dan mau bercanda, dan tertawa,
bersama Lili. Namun sudah seminggu Lili menunggu Nico datang, Nico tak pernah
datang, bahkan jika Lili bertemu dengan Nico di gereja, Nico hanya berbicara
sedikit dan pulang.
“Aku bagaikan
bintang yang redup, yang tak mampu bersinar terang mengungkapkan segala isi
hatiku”
“Biar luka ini
tak kututupi, seperti hatiku yang terluka yang tak mampu kuucapkan”
“Biarlah dia
tak tahu...
Biarlah dia tak merasakan...
Biarlah dia tak menganggapnya...
Biarlah dia tak pernah mengerti...
...............................................................
...........
bahwa aku menyanyanginya.”
Tangannya
lemah, dan lemas. Lili menuliskan coretan isi hatinya yang tak mampu ia ucapkan.
Satu bulan kemudian, Nico datang ke
tempat biasa yang dulu ia kunjungi untuk bertemu dengan Lili. Namun, Nico tidak
medapatkan Lili disana, Nico sudah berusaha SMS, bahkan menelpon Lili untuk
berbicara dan bercerita tentang kisah cintanya yang gagal, karena perempuan
yang ia sukai hanya mempermainkan dan membohongi Nico saja, namun tak pernah
ada jawaban dari Lili. Tiba – tiba Nico menemukan sebuah buku kecil merah jambu
yang kotor, dan sudah terkena air hujan berhari – hari dibawah pahon cemara,
dekat tempat biasa ia bertemu Lili. Saat ia mengambil dan membaca buku itu,
Nico tercengang tak percaya, bahwa buku yang ia pegang ternyata milik Lili.
Nico kecewa, mengapa ia baru menyadarinya bahwa Lili menyukai dirinya.
Nico berlari menuju rumah Lili yang
tak jauh dari sana. Sesampainya disana ternyata rumah Lili kosong, kata
tetangganya sudah satu bulan Lili dirawat di rumah sakit. Nico menuju rumah
sakit tempat Lili dirawat sambil meneteskan air mata, berharap bahwa ia dapat
bertemu dengan Lili.
Ternyata Lili tergeletak lemas tak
berdaya ditempat tidur di rumah sakit. Lili menderita penyakit Leokimia stadium
akhir. Lili menangis saat Nico datang menemuinya dan membawa buku Diarynya yang
hilang. Nico juga sama menangis, dan meminta maaf pada Lili atas segalanya.
Atas segala perasaanya, segala kesalahannya yang tidak pernah datang menemui
Lili lagi. Namun Lili tersenyum bahagia bisa melihat Nico lagi disaat
terakhirnya. Saat terakhir itu Lili mengumpulkan segala keberaniannya untuk
berkata pada Nico dengan suara yang pelan dan lirih:
“Ni...Nico,
sa.....sahabatku, te..., terima ka..kasih untuk semuanya” itulah kata terakhir
yang Lili ucapkan untuk Nico.
Nico
menangis sambil memegang erat tangan Lili yang menggenggam sepucuk kertas. Nico
mengambilnya dan membacanya.
Lagu
untuk Nico.
Nico mungkin saat kamu
membaca kertas ini, aku tak bisa bersamamu lagi. Maafkan aku yang
menyalahkankamu saat kita pertama kali bertemu, maafkan aku karena aku tidak
bisa menyanyikan lagu ciptaanku ini untukmu, dan maaf untuk segalanya.
Cintaku seperti Alpha dan
Omega
Disaat
ku tlah pergi
Meninggalkan
semua kenangan
Kenangan
yang berarti
Berarti
dalam hidupku
Biarlah
semua ini
Semua
ini tentang kita
Kujalani
dengan cinta
Cinta
yang tlah tertinggal
Tertinggal
dalam kenangan hatiku...
#Semua
ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega
Cintaku
ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega...
Kini
kau tlah menemukan
Seorang
bidadari
Bidadari
yang dapat menjagamu
Menjagamu
setiap saat...
#
Semua ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega
Cintaku
ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega...
Selamat
tinggal kasih
Semoga
kau bahagia
Selamat
tinggal
Aku
kan selalu bersamamu
Meski
bukan dari dunia ini
Aku
kan selalu menjagamu
#
Semua ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega
Cintaku
ini berawal dari alpha dan berakhir dalam omega...
Pertemuan
pertama yang berawal dari alpha
Akan
berakhir dalam perpisahan
Semua
perjumpaan akan berakhir dalam omega
Itulah
catatan terakhir dan lagu terindah bagi Nico. Sekarang Nico kembali membuka
lembaran baru, Nico tak perlu takut untuk ditolak lagi, karena sekarang ada
yang selalu menjaganya dari Surga, yaitu sahabat terbaiknya.
by. @VDW_mariposa